Metode umum mengharuskan dokter untuk membuat citra atau foto gigi melalui proses x-ray, CT scans serta metode lainnya. Nantinya para ahli di laboratorium akan membuat semacam panduan dan dokter gigi akan melakukan penyesuaian serta memastikan kalau setiap gigi berada di tempat yang tepat sebelum gigi palsu atau implant gigiyang sebenarnya diproduksi.
Masalahnya, pembuatan panduan gigi palsu ini sendiri membutuhkan waktu selama beberapa hari bahkan terkadang beberapa minggu tergantung sebanyak apa panduan gigi palsu yang harus dikerjakan. Hanya gigi bolong saja sudah membuat kita uring-uringan dan susah makan lalu bagaimana dengan orang yang hampir seluruh giginya rusak dan mereka harus menunggu sekian lama sebelum implant selesai diproduksi dan dipasang,
Teknologi 3D printing memungkinan para ahli untuk membuat panduan dengan akurasi yang jauh lebih baik dan sesuai dengan gusi serta rahang pasien hanya dalam beberapa jam saja. Selain itu proses ini juga bisa dilakukan langsung di ruang praktek sehingga tidak hanya memudahkan dokter gigi tapi juga menawarkan kenyamanan lebih kepada para pasien. Sambil menunggu panduan atau salinan gigi selesai dicetak, dokter bisa membicarakan rencana pengobatan secara lebih jelas kepada pasien dan keluarganya.
Walau begitu, cetakan yang dihasilkan oleh teknologi 3D printing tidak dapat langsung dipakaikan kepada pasien. Demi menjaga kebersihan serta mengurangi kemungkinan terjadinya alergi, gigi yang dicetak oleh teknologi 3D harus mengalami proses modifikasi permukaan dan desinfektifikasi melalui proses sistem plasma. Tidak hanya digunakan untuk memodifikasi permukaan dan memastikan hasil cetak teknologi 3D terdesinfeksi, sistem plasma juga dapat digunakan untuk mengelem gigi palsu. Cara ini tentu lebih aman dan bebas racun dibandingkan dengan menggunakan cat plastik primer.